Daily Archives: September 26, 2018

Inilah Alasan Kenapa Harga Coklat Premium Di Indonesia Sangat Mahal

Salah satu produsen Couvertour cokelat di Indonesia yang bernama Pipiltin Cocoa, tidak akan sembarangan dalam hal mencantumkan harga pada setiap hasil produksinya. Bukannya mau sok-sokan premium, tetapi Tissa Aunilla meyakinkan bahwa adanya perhitungan yang matang supaya kualitas barang dagangan itu akan tetap terjaga, dan para petani kokoa yang telah menjadi rekan Pipiltin Cocoa selama ini tetap meraih untung yang sepadan.

Sewaktu mulai merintis usaha khusus untuk memproduksi coklat asli di Indonesia pada beberapa tahun silam, Tissa Aunilla tidak pernah menutup kupingnya dari omongan-omongan orang lain yang kerap mempertanyakan kenapa harga untuk seporsi atau sebungkus coklatnya itu begiru mahal. Namun tidak mungkin dia harus menjelaskan semua perihal cost of production yang memanglah cukup tinggi untuk orang-orang itu.

” Mahal itu relatif,” ujar Tissa. ” Kenapa harga di pasar Indonesia sangat mahal, karena ( Philip Cocoa ) harus mengambil bijij yang sudah di fermentasikan selama lima hari,” lanjut Tissa Aunilla melanjutkan. Karena itulah dia harus membayar sebesar 40 hingga 50 persen diatas harga pasar ke petani.

Pipiltin Cocoa telah menjalin kerja sama dengan petani kokoa yang sudah menerapkan pertanian organik dari empat daerah di Indonesia, yakni Tabanan ( Bali ), Jawa Timur, Flores, dan Pidie Jaya ( Aceh ).

Alasan untuk memilih biji cokelat itu yang harusnya sudah melewati proses fermentasi, supaya rasa yang di timbulkan berbeda-beda dari setiap jenis biji kokoa itu.” Jadi, di fermentasi itu di diamkan di dalam sebuah box selama lima hari. Memang pasti akan ada yang namanya effort yang harus dilakukan oleh petani dari masing-masing daerah ini,” tutur Tissa Aunilla

Seorang Anak Meninggal Karena Difteri di Manokwari

Seorang anak yang berasal dari Kabupaten Manokwari, Papua Barat, meninggal dunia. Dan berdasarkan dari hasil diagnosa dokter, bocah yang berumur lima tahun tersebut mengidap penyakit difteri,

Kepala Dinas Kesehatan dari Provinsi Papua Barat yang bernama Otto Parorongan di Manokwari mengatakan bahwa kasus difteri ini baru sekali saja terjadi di Manokwari bahkan di Papua Barat. Semua pihak yang terkait di minta untuk lebih waspada karena bakteri yang akan menyerang selaput lendir dan juga tenggorokan ini bisa mewabah dan meningkat menjadi lebih luar biasa lagi.

” Ini sudah di alami oleh seorang anak yang berasal dari kampung Bugis-Wosi. Nyawanya sudah tidak bisa di tolong lagi, dan dia pun meninggal di RSUD Manokwari pada tanggal 24 September kemarin,” ujar Otto.

Dia mengatakan bahwa kasus ini tidak hanya di alami oleh almarhum saja. Saait ini pun gejala yang serupa sudah di alami oleh adik kandungnya sendiri serta satu anak lain yang dulu sering bermain dengan almarhum.

” Adik kandungnya saat ini sedang menjalani perawatan dirumah sakit. Satu anak lagi selaku kawan bermainnya masih belum terlalu parah dan masih dalam pemantauan kami, dia juga sudah diberikan pertolongan dini,” kata otto.

Otto menjelaskan lagi bahwa penyakit ini timbul karena bakteri dan sangat mudah menular pada bayi dan juga balita, maka dari itu orang tua diwajibkan untuk melakukan suntik imunisasi kepada anak mereka agar tubuh tetap terlindungi dan kebal dari berbagai virus.